Kenapa tanya?

Aku terdiam di sekolahan. Nggak mau beranjak kemana - mana. Males sekali hari ini. Kemana orang - orang penghuni sekolah. Nggak ada yang aku lihat dari tadi. Semua sudah pada pulang sejak Bel panjang mengaung - ngaung marah pada penghuninya. tapi mungkin tak kan marah padaku. Karena tak kudengar lagi setelah Bel panjang tadi. Menyebalkan juga suaranya yang cempreng. Tapi manfaatnya membuatku bahagia. Mungkin tidak aku saja. Teman - temanku juga pada senang kalo denger suara cempreng yang satu itu.

Ben. Dia, ya bisa dibilang sahabat sih! tapi aku mencintainya. Apa artinya kalo dia sendiri juga perhatian padaku. Dia bukan sahabat biasa bagiku. Kata temen - temen, itu TTM lo kalo Ben datang menemuiku dikelas. TTM apaan?? Dia juga nggak pernah bilang kalo dia cinta sama aku. Sampai aku sekarang sudah punya cowok. Aku rasa, pacarku sendiri juga nggak begitu perhatian padaku. Perhatian yang bagaimana? Dia sendiri nggak tau apa makanan kesukaanku. Pacar macam apa itu? Ben, dia tau segalanya. Dia tau kapan aku sedang marah. Kapan aku sedang ingin sesuatu. yaitu perhatian yang nggak aku dapat dari cowok aku sendiri. Aku bingung. bingung memikirkan apa yang ada dihatiku.

Aku mencintai Ben, tapi aku sudah punya pacar. Uh! KEnapa bisa begini? Aku juga nggak pernah mengatakan padanya. Ngomong dulu nggak enak sih! Untuk menghilangkan rasa aneh ini, aku bilang aja pada hatiku. Dia hanya seorang kakak. TITIK. Nggak ada lagi deh perasaan aneh itu. Tapi lama - lama juga aku nggak tahan. TAHAN DULU! Batinku setiap saat. Aku sering sama dia. Makanya aku nggak bisa melupakan rasa konyol ini.

" Ngalamun aja!" Aku kaget. Tepukkan keras dibelakangku menyadarkan aku ke dunia nyata.

" Kemana aja? Lama bener!" kataku rada sewot. Tapi melihat senyumnya, menjadikan aku luluh. kemudian senyumku mengembang. Entah ini apa. Aku tau aku masih mencintainya.

" Tadi cowok lo ngajak ngobrol dikit." Ngapain? batinku

" Ngobrol apa? "tanyaku. Aku jadi curiga. Jangan - jangan Radit tanya macam - macam sama Ben.

" Dia cinta banget sama lo! Asyik kan? Pacar segitu perhatiannya sama lo, seharusnya lo bersyukur, Tia." kata ben malah bikin aku berteriak yang sebenarnya. Radit itu cuma ngomong doang soal cinta - cinta sama aku. Kenyataannya apa? " Tia, sayang. Aku sibuk. Makanya kemaren lupa jemput sayang dari les jahit." kata Radit selalu. Sibuk. Apa sih kerjanya??? Ngurus Band aja sibuknya kayak Band papan atas aja.

" Bengong, lagi! Ayam tetangga pada mati tuh!"

" Trus lo ngomong apa lagi sama dia?" tanyaku selidik banget.

" Aku bilang kalo lo cinta juga sama dia. Tapi...." kata Ben menggantung.

" Tapi kayaknya lo nggak cinta sama dia. Kenapa sih lo? Dia kan sayang banget sama lo, Ti." Aku mendengus. Uh...! Dasar Ben. Masak nggak tau kalo aku emang dari dulu nggak cinta sama dia.

" Kenapa diam? Jawab dong Ti. Lo nggak berusaha menghindar dari kenyataan"

" Ben, gue nggak cinta sama dia. Apa lo nggak pernah tau gimana sikap gue sama dia. Dan bagaimana dia bersikap sama gue." kataku pelan. Aku hampir menangis. Aku nggak tau apa yang aku tangisi. KEbodohanku memilih Radit. Atau kebodohan Ben, yang nggak tau kalo aku mencintainya.

" Kenapa? Dia nggak perhatian sama lo? Setiap kali aku lihat lo sama dia, lo seperti bersikap nggak peduli apa yang dia katakan. Apa yang dia inginkan dari lo. Dan gue bingung ngejawab semua pertanyaannya tadi. hanya saja gue tau, lo....nggak peduli sama dia. Padahal yang aku lhat dia care banget sama lo!"

Ben terus aja memberiku nasihat. Aku hanya diam. Menunuduk. Dan sesekali mengusap air mataku. Aku melirik Ben. Dia juga nggak melihat wajahku. Mungkin sudah bengkak. Dia hanya memnadang lurus kedepan. Aku nggak tau apa yang dia lihat. Ku coba melihat kedepan seperti dia. Di sana ada Radit. Dia sedang bersandar disebuah pohon, entah namanya apa. Dia melipat tangannnya di depan dada. dan hanya memainkan kerikil2 kecil di bawahnya dengan kakinya.

" Tia, dia cowok yang baik untuk lo."kata Ben akhirnya. Saat beberapa menit dia terdiam.

" Ya, itu menurut lo!Bukan menurut gue. Aku kecewa sama lo, Ben!" Akupun beranjak dan pergi meningggalkan Ben sendiri duduk disitu. Biarlah. Mungkin selamanya dia nggak akan tau bagaimana hatiku sebenarnya. Betapa aku mencintainya.

****

Aku duduk lagi. Masih di depan meja belajarku. 10 missed call dan entahlah berapa banyak SMS di HP ku yang tak aku baca. Semuanya dari Radit. Malam minggu kemaren dia janji mau menjemputku malam minggu ini. Tapi aku nggak mau beranjak dari meja belajarku. Aku bilang pada pembantu rumah tanggaku, agar bilang pada Radit. Aku nggak mau diganggi. Aku sakit. Memang berbohong seperti ini sudah menjadi kebiasaanku saat aku males keluar. Aku memang males banget keluar. dari tadi siang. PEmbicaraanku sama Ben yang berujung tangis yang tak hentinya sampai sekarangpun. HP ku berdering lagi. Ada yang telfon. Nomer baru. Mungkin mama yang suka sekali ganti nomer tiap pulsa di nomernya habis dan saat beli pulsa, dia ketemu sama perdana yang menurut mama nomernya unik. mamapun akan membelinya. Aku melihat layar HPku. Nomernya emang nggak unik menurutku. Biarlah, aku angkat saja. Kalo mungkin mama, mama akan marah besar kalo telfonnya tidak diangkat.

" Hallo" sapaku. Aku masih sesak. di sisa tangisku, aku mencoba bicara biasa.

" Tia, maafin gue. Mungkin selama ini gue kurang perhatian sama lo. Kurang ada waktu buat lo.

Tapi yang pasti gue sayang banget sama lo. Sayang banget. Kenapa sih lo menghindar dari gue? Hari ini aku mau memenuhi janji gue untuk keluar sama lo. Aku nggak mau ingkar janji, apalagi janjinya sama lo." Aku membiarkan Radit bicara. Sepuasnya Dit, bicaralah.

" Tia, jawab dong? Lo masih disana kan, sayang?" kata Radit lembut. Tapi buatku membuat aku semakin perih aja.

" Aku udah menganggap lo udah memenuhi janji lo, Dit. Aku sakit. Apa lo nggak denger dari Mbok Yul?" tanyaku, menyembunyikan tangisku yang masih mengalir begitu saja. Aku nggak tau kenapa aku masih menangis dari pulang sekolah tadi.

" Ya, denger. Tapi kenapa? biasanya lo ceria. lo bahagia saat siang, sebelum pulang ketemu Ben. Kenapa? Kenapa hanya Ben yang bisa segitu berpengaruhnya sama lo?" Aku nggak mau denger. Dan KLIK. Aku mematikan telfon itu. Ternyata Radit sudah tau. Sudah tau bagaimana aku mengistimewakan Ben. Bagaimana aku lebih bahagia bersama Ben. HANYA BEN??? Aku juga nggak tau, jika suatu saat aku bisa mencintai orang lain. Bukan Radit ataupun Ben. mama dan Papa, cinta nggak ya sama aku? Mereka kok nggak mau pulang saat aku butuh sama mereka???

***

Pagi buta, Hpku itu membangunkanku. Aku kira alarm. Tapi ternyata, Ben sudah calling2. Memang biasanya begitu. Dia pasti ngajak jogging bersama, ditaman kota. Tapi apa setelah kejadian kemaren siang dia akan mengajak aku jogging lagi?? Dia sama sekali nggak SMS atau telfon tadi malem. kalo dia merasa bersalah, dia akan nggak henti2nya minta maaf seperti Radit. Tapi dia juga berbeda dengan Radit. Apa ini suatu taktik? uh... Aku nggak tau. Aku angkat aja telfonnya.

" Belom bangun, pasti!" katanya sebelum aku sempat memberikan sapaan. Dasar Ben. Yang aku cinta.

" Dari tadi!" boongku. Menutupi kebiasaan yang sebenarnya aku kalo minggu pagi. Ben selalu yang membangunkan aku. Ya, untuk jogging.

" Ayo, jogging! Males banget sih putri Tia Raditya???" goda Ben. Dia menyebut nama Radit dibelakang namaku. Seperti aku sudah jadi istrinya saja. Tapi kenapa? Apa dia melupakan kejadian kemaren? Apa dia memang pelupa untuk hal kemaren saja? Ben, katakan sesuatu!

" Aku sakit." Jawabku kesal. Aku nggak mengerti dengan cowok yang berbicara denganku ditelfon ini. Aku memang nggak mau ketemu sama siapa - siapa. Aku malu. Tapi Ben sama sekali melupakan kejadian tadi sore. Sama sekali lupakah???

" Sakit apa? Pura - pura kan? Dasar lo! Ben nggak akan kena tipu." Dia terdiam. Aku juga diam.

" Kalo lo sakit beneran, aku jogging sendiri dong? Nggak asik! Ayolah. Mungkin sakit lo itu karena lo males jogging. makanya sakit. Aku tunggu ditempat biasa. OK?!! Pokoknya gue tunggu dan lo wajib datang!" Aku mau menjawab. Aku males. Tapi dia mematikan telfonnya. Dasar Ben!!!

***

Ben segera menyruhku menyamakan lari pelan bersamanya saat aku datang. Ben hanya diam. Aku juga nggak mau bicara. Nantinya malah kesana - kesana aja. Maksudku kemasalah kemaren siang itu. Akhirnya perjalanan kita selesai di penjual bubur. Ben memesan dua mangkuk bubur untuk ku dan dia sendiri.

" Capek ya Ti?" tanyanya.

" yaiyalah! Namanya juga olahraga, walaupun cuma jogging." jawabku sekenanya.

" Tia, ada yang mau ketemu sama lo. tuh!" Ben menunjuk seorang cowok di sebuah pohon. Bersandar seperti kemaren siang. Tapi bedanya dia nggak memakai baju sekolah. Dia memakai baju biasa. Radit???

" Dia?"tanyaku.

" Iya."jawab Ben pelan. Dan hanya memandang mangkuk buburnya. Nggak sedikit memandangku. hai Ben, lihat aku! teriakku dalam hati. " hampiri dia, Tia. Kayaknya dia mau bicara penting sama lo!" lanjut Ben. Aku menurut saja. Ya, aku harus menyelesaikan masalah ini. Nggak akan ada waktu besok lagi. Sudah matang apa yang aku pikirkan tadi malam.

" Dit, ada apa? Katanya Ben, lo mau ngomong. Ngomong aja sekarang." kataku saat sudah dekat dengan Radit. Dia mengangkat muka. memandangku. Tepat dimataku. Adu...h! Apa dia akan mengatakan mataku bengkak?

" Tia, gue cinta sama lo. Ini berat bagi gue. Meninggalkan lo disini. meninggalkan lo bersama orang yang lo cintai." Radit menghela nafasnya pelan dan menghembuskannya perlahan. Aku nggak mengerti apa yang dikatakannya.

"Aku memutuskan untuk menyerahkan lo sama Ben. Mungkin itu lebih baik, bagi lo. Sering aku lihat lo lebih bahagia bersama Ben. Bercanda setiap minggu disini. Ditaman ini. Di sekolah juga. Aku melihat lo lebih bahagia mendengarkan cerita Ben dari pada mendengarkan cerita kepindahanku besok." Apa? Dia akan pindah? Radit? Jadi selama ini dia sibuk memikirkan kepindahannya. Mencarikan personil baru untuk band sekolah yang divokalinya. Dia sibuk karena..... Tapi nggak pernah aku dengar kata itu, pindah. Aku baru dengar sekarang dia akan pindah. benar2 pindah. Itu karena aku nggak peduli dengannya? Maafkan aku, Dit. Mungkin selama ini juga menyiksamu.

" Dit, maafin gue." kataku pelan.

" Sudah berlalu. Lupakan! Gue juga akan pindah, dan selamat ya Tia. Aku ikhlas lo sama Ben. Dia akan perhatian sama lo, lebih dari gue."

" Tapi Dit, Ben itu nggak cinta sama aku? Lagian lo akan pergi. Jadi nggak usah ngomongin yang sedih2 deh! Nanti lo malah lebih terluka karena gue. Sekali lagi gue minta maaf banget DIt. Nggak bisa jadi cewek yang baik buat lo!"

" Dia amat sangat mencintai lo! Percayalah! Gue pulang dulu. Sudah ditunggu sama Papa dan Mamaku. Ini, buat lo. agar lo terus inget sma gue." Radit memberikan sesuatu. dalam kotak. cukup besar. Sebesar( ternyata ) cintanya sama aku.

" Trima ya? Jangan diberikan Moly, kucing kesayanagan lo!" canda Radit. Aku tersenyum. Radit, ada - ada aja!

" Makasih ya? Semoga cewek disana lebih baik dari pada gue. Dan semoga lo dapat cewek yang lebih - lebih dari pada gue. Gue akan slalu inget sama mantan gue ini, yang slalu cinta sama gue." candaku.

" Nggak ada cewek yang lebih baik dari lo! Aku mau cari cewek yang sama kayak lo! Tomboy, kayak cowok! tapi gue amat cinta."

" Dasar! Mana ada cewek yang sama di Australi yang mirip gue??? Nggak ada Dit. Di sana cewek - ceweknya cantik - cantik."

" Lo kan cantik, bagi gue! dah ya? Slamat tinggal dan menjalani lembar baru dalam diary lo!" Radit masuk kemobil dibelakang pohon itu. Dia membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya. Untuk ku? Ya Ampun! Dia mencintai aku, begitu besarnya.

" Cowok sebaik itu lo telantarin! Jahat banget ya lo, Tia!" Ternyata Ben ada dibelakang aku. Mengagetkan aku saja.

" Menurut lo! dan sekarang menurut gue juga! Dit, maafin gue ya?"

" Ya terlambat kali, Ti. Udah jauh gitu! Kemaren2 aja nggak peduli sama dia. Eh, tadi ngomong perpisahan ya?"

" Lo udah denger kan?" godaku, kalopun denger...Gimana?

" Denger semuanya. Lucu banget ya lo! Masak perpisahan kayak gitu. Suruh cari cewek yang lebih - lebih dari pada lo! Sebelum ngomong itu. lo juga bilang. Ben nggak cinta sama gue. Emang bener?"

" Kenapa tanya??? jawab donk!" Aku tersenyum melihat ajah Ben yang aku cintai.

" ya emang cinta banget!!!"

" dasar, Ben!" Ben menarik kuncir rambutku. Aku di suruh mengejar dia. tapi bukan dia yang nyuruh tapi aku yang mau. Hehehe. Aku bahagia banget.

" Ayo kejar! Sampai rumah lo! Ntar traktir gue beli es krim. karena gue akan menang, lomba lari sam alo!"

" Nggak akan!" Aku tertawa. Ben juga. sambil berlari - larian. Tapi aku tau, aku dan dia hari ini bahagia. BANGET!!!!


Diambil dari Kemudian.com oleh Ari_Setiana :D

Di batik OlehAri Setiana Pada 10:24 AM  

0 komentar:

Post a Comment