Bingung

"Males. Bawaanya males hari ini. Aku nggak tau mau apa. Duniaku sudah bulat. emang bulat?? Tauk ah! males bahas apa - apa. Aku bosan sekolah. Inginnya tidur tapi nggak tidur, mati tapi nggak mati. Ngapain coba??? Aku juga bingung. Entah apa yang aku fikirkan sekarang. entah lah apalah begitulah. menyebalkan!!!!
Aku tau aku salah. Aku salah. Aku salah
Hingga aku mengulang kalimat " aku salah " untuk beberapa menit lagi. Kenapa harus aku sih??


Uhg!!! Ya deh mulai cerita. Aku mau tenang.... heh....heh.... Aduh aku belum bisa tenang. Aku belum bisa cerita sekarang. Hiks Hiks. Aku hampir menangis melihat kejadian itu. Memalukan. Kepalaku ingin aku tenggelamkan sedalam - dalamnya dibumi. Bumi bulat meski sebenarnya nggak bulat - bulat amat.

Begini teman, aku tadi bertemu dengan Pak Jodi. Guru Fisika. Kamu tau beliau bilang apa? Beliau bilang nilaiku jatuh. Beliau bilang itu gara - gara sering melamun sendirian saat anak - anak sudah pada pulang di lapangan basket. Eh, kamu tau? Aku dilapangan basket kan mau nonton anak - anak latihan basket, bukan melamun. Tau nggak sih kamu? aku nggak melamun.Trus beliau bilang aku paling jatuh pada ulangan kemaren itu. Hiks. Malangnya diriku. tapi kenapa harus aku? Aku bingung. Padahal setiap tugas aku kerjain dengan seksama. Aku malu banget di depan Pak Jodi.Kamu pasti bisa ngerasain gimana mukaku waktu pak Jodi bilang " Kamu anak pandai, tapi pandaimu cuma untuk mencari pacar. Bukan untuk mencari pelajaran yang sekiranys belum kamu pahami." Aku malu banget.Kamu tau?...." kata Neta, mengambil nafas. Dia cerita begitu bersemangat.

" Rumah sakit Jiwa masih buka kamar kosong untuk kamu Neta. Jadi jangan sedih, bingung, atau malu lagi. Disana nggak akan ada yang akan mengenali kamu. Percayalah sama aku." kata Mila memberi saran, mungkin pas.

" Yang gila kamu kali." bantah Neta sambil mencibir.

Genk Neta tertawa berderai - derai mendengar kelakar MIla yang seenak jidat tentang cerita Neta yang terlalu bersemangat dan lebai abis. "Dasar Neta" pikir MIla.

" Bila rasaku ini rasamu...Sanggupkah engkau...menahan sakitnya dihianati cinta yang kau tanam...." kata Ravel, mencoba menengahi, meski nggak ada yang berantem.

" Diam kamu! Suara fals aja nyanyi! Nggak pantes kamu jadi Samy" celetuk Neta masih dengan nada sinis. " Duniaku memang bulat. Uhg! Males deh cerita sama kalian." Neta beranjak kekasur. Teman - temannya masih duduk didepan TV kamar Neta dan mendengarkan lagu Kerispatih.

" Neta ngambek! Neta ngambek!" Sorak sorai dari suara teman - teman Neta memecah dinding, eh bukan memecah kebisuan Deni, Sasa, dan yang lain. Mereka ikut menyoraki Neta.

" Kalian nih ah! Ada orsng ngambek itu bukan disorakin kayak gitu. Neta aku punya permen nih! Lolypop." Semua ketawa lagi. Mila ketawa terbahak - bahak. Bisa - bisanya dia bilang seperti itu. Tapi kelihatannya nggak ngaruh sama Neta. Netapun berdiri. dan kemudian,

" Ok teman! Kalian memang sedang lapar. Yuk makan dulu, anjing - anjingku. " Neta keluar dari kamar menuju keruang makan.

***

Neta berjalan menyusuri koridor. Dia diam saja. Dia bahkan nggak mau ngikut kelakar - kelakar teman - temannya yang kemana - mana. Dia masih memikirkan kejadian kemaren. Pak Jodi berkelakar atau memang benran! " Aku jadi gila nih! Bener kata Mila. Biar dia pesenin deh kamar kosong buat aku!" gumam Neta.

" Neta, pak Jodi tuh!" tunjuk Ravel. " Cie... Cie..." celetuk teman - temannya kemaren.

Neta tergagap. " Eh, apa? rumah sakit jiwa pesen satu?"

" hahahaha....." sorak semua yang ada disekitar koridor. Neta malu banget.

Tapi yang Neta lihat adalah...... Kak Niko. Orang yang Neta kagumi, impikan banggakan etc. Tapi Neta malah menunduk. Dia tidak mau melihat sosok Niko. Sosok yang mendengarkan semua kata - kata pak Jodi kemaren. Yang membuat Neta hampir menagis gara - gara dia malu. Didepan Niko pak Jodi mengatakan seperti itu. Apa nggak bikin wajah panas???

Seseorang menghampiri rombongan anak - anak "semrawut" itu.
" Hai, Neta. Mau nggak pulang bareng? " kata seseorang yang entah siapa. Yang jelas Neta nggak mau melihatnya.Suaranyapun samar - samar dan nggak jelas karena teman - temannya yang keterlaluan bicaranya terlalu keras. "Hah???"batin Neta kaget. " Bukan suara kak Niko yah??? Payah!!! Dasar guru tampan juga menawan tapi genitnya nggak ketulungan!" batin Neta. Neta hanya menunduk saja saat tangannya diraih seseorang itu. Neta yakin itu Pak Jodi. Karena tadi Pak Jodi melihat rombongannya itu dan tersenyum. Tapi Neta melihatnya sekilas. Karena pandangannya tertahan melihat sosok Niko di gerbang sedang ngobrol sama Pak satpam.

Neta nggak dengar lagi suara teman - temannya. Mereka berhenti berkelakar sesaat setelah suara itu lenyap. Neta digandeng dengan suara itu. Neta yakin itu Pak Jodi. Tapi kenapa teman - temannya berhenti mengejeknya? Biasanya kalo ada hubungannya dengan Pak Jodi mereka semakin genjar mengejeknya. Neta malah berfikir, semoga guru ini nggak mencabulinya. HAH? Sampai kesitukah pikirannya tentang pak Jodi? Suasana hati Neta nggak karuan. Dia malu. Malu banget.

" Neta, jangan menunduk gitu donk! Lihatlah wajahku."
Neta menebak. Dan tebakkannya memang tepat. Itu suara Niko. Kenapa nggak dari tadi aja dia memandangnya. Kenapa harus berfikiran terlalu yang nggak mungkin? Tapi.... Neta malu melihat wajah Niko. Yah, masih gara - gara kemaren. Neta belum bisa melupakan kejadian kemaren.

" Kenapa sih kamu? Sakit yah? Ya udah, kita langsung pulang aja."
" Kakak ke Rumah Sakit Jiwa yuk! Aku kayaknya udah gila deh!" Tanpa sadar Neta ngelantur. Pikirannya belum stabil.

" Hah? Masih waras kok kamu."

" Nggak. Aku hampir gila."

" Maksud kamu apa sih?"

" Hehehe.... Aku juga nggak ngerti. Makan dulu yuk di cafe. Mau nggak?"

" Kamu dah nggak pa-pa?"

" Nggak."

Mila dan Sasa menghampiri Neta. " Pasti mau mengejek aku." batin Neta. " Dasar temen nggak bisa tau sikon aja." batin Neta lagi.
Sasa mengajak Niko ngobrol dan Mila....
" Tega kamu Net sama Deni." bisik Mila pada Neta, membuat Neta memandang Deni yang masih berdiri mematung dekat Reval dan yang lain dikejauhan. Neta seakan jauh dari mereka. " Maafkan aku Deni." batin Neta. kemudian Mila mengajak Sasa pergi. Neta masih sedih. Ternyata kedekatannya dengan Niko nggak direstui oleh teman - temannya. Ada suatu hal. Yaitu : Deni msih mencintai Neta. Neta dan Deni dulu pernah pacaran. Itu juga berkat teman - temannya yang jadi makjomblangnya. Dan akhirnya mereka pacaran. Tapi hanya bertahan 2 bulan karena ya Neta yang cerewet dan selalu cepat ngambek dengan Deni yang pendiem dan selalu ngalahan, bahkan Deni itu nggak suka terlalu bercakap - cakap. Dia lebih sering diam mendengarkan Neta berceloteh sampai berbusa. tapi di balik itu Deni sangat mencintai Neta. Neta yang sekarang sudah berbeda. Neta yang nggak ganjen, sekarang jadi agak ganjen. Suka menggoda Niko, kapten basket sekolah.
***
Neta sampai dirumah, tepatnya dikamarnya. Dia sangat terpojok dengan kata - kata Mila yang barusan dia ucapkan sebelum akhirnya dia naik motornya Niko. Neta sedih sebenarnya. Deni yang dilihatnya tadi seperti Deni yang nggak punya semangat hidup. "Apa sampai segitunya diriku berarti untuk Deni?" batin Neta.
Neta duduk dikasurnya, dia memandang lurus kedepan melihat deretan buku - bukunya yang tertata rapi. dan satu buku menyita pandangannya. ALbum kenangan. Netapun mengambilnya.
Neta menunduk lesu saat melihat foto - foto kenangan bersama Deni. Memang. Deni dibandingkan dengan Niko yang Kapten basket itu. Jauh sekali berbeda. Niko yang.... ah... sudahlah! keluh Neta. Kejadian satu bulan yang lalu membuatnya sedikit bahagia. Tapi sekarang malah bikin dia menderita. Deni memang selalu bersikap biasa padanya, layaknya teman seperti belum ada apa - apa diantara mereka.
Neta yang jadi nggak enak sama Deni dan teman - teman. Dia selalu berfikir, apakah salah jika dia nggak pacaran lagi sama Deni dan mencari pacar baru lagi?

Neta diam saja memperhatikan foto itu. Dia sebenarnya masih mencintai Deni. Walaupun sekarang dia sedang mengejar – ngejar Niko, tapi jauh dilubuk hatinya, Deni adalah cowok yang baik yang pernah ada didalam hidupnya. Bagi Neta, Deni adalah satu – satunya pacar yang pernah dimiliki Neta yang paling mengesankan. Deni memang sangat baik padanya. Mau mendengarkan cerita – ceritanya meski diakhir ceritanya, Deni langsung mengantuk. Dan ngajak pulang, kalo cerita di rumah salah satu temennya.

“ Den, maafkan aku.” Gumam Neta.

Neta menghampiri komputernya. Dia hidupkan computer itu. Biasanya setelah pulang sekolah, teman – temanya ngenet di Warnet depan sekolah dan pulang sampai sore setiap Rabu. Dan karena pulang bersama Niko, Neta tidak ikut dengan mereka, ngenet.

Dia pun ingin koneksi ke internet di kamarnya. Walaupun dia punya computer yang sudah konek internet, tapi dia lebih suka membayar untuk dua jam ngenet. Baginya kebersamaan dengan teman itu yang berharga, bukan uang dua jam ngenet itu yang difikirkan. Mungkin tanpa teman hidup Neta nggak ada artinya.

Neta membuka Yahoo Messenger-nya dan memasukkan IDnya. Sesaat menunggu, YM-nya sudah aktif untuk chat. Mungkin teman – temannya ada yang aktif. Neta bisa tanya – tanya dengan mereka soal pelajaran, mungkin. Tapi dia nggak mungkin bertanya pada Mila atau Sasa. Dia masih tidak enak dengan mereka berdua dengan kejadian tadi siang.

Ternyata yang Online hanya Deni, Ravel, Sandy, Mia dan satu lagi, Mila. Neta tampak berkerut – kerut keheranan saat melihat di layer YM-nya Sasa tidak Online. Ah…. Biarlah!

“ Siang menjelang sore Neta!” tulisan itu dikirim dari Ravel.
“ Siang menjelang sore juga Vel “ balas Neta.
“ Neta, Niko dah klepek – klepek yah ma u? “
“ Mungkin. Tauk ah!”
“ Lihat Deni juga yah?”
“ Maksudnya?”
“ Ya udah “
“ Woi!!!! Maksudnya pa?”
“ G` ada”
“ Yang bener donk!!!”
“ Ya, ngaku deh! Meski udah dapet Niko jgn lupa ma kita2. Terutama Q”
“ Hiyah! Belum tentu X . lom tentu dpt Niko“
“ Masak?”
“ Nasi “
“ Walah nggak nyambung cink!”
Berakhir dengan Ravel.

“ Neta, siang” tulisan dikirim dari Sandy.
“ Siang jugak!”
“ Dimana?”
“ Rumah. Kok Sasa nggak OL?”
“ Pulang tadi, biasa ma cowoknya”
“ Oh….”
Berakhir lagi.

“ Neta, siang” Deni berkata.
“ Siang juga Den. Pa kabar?”

Neta menunggu jawaban Deni. Berharap Deni ingin bercerita atau apalah...sedikit berharap Neta hatinya. Neta ingin deni emngatakan "Neta, kamu nggak usah mikirin kata - kata Mila, biarin aja! kalo kamu mau pacaran sam Niko, itu terserah kamu. Itu kan hak kamu.dan aku bahagia kalo kamu juga bahagia bersama dia." kayaknya nggak mungkin! Neta tertunduk lesu, lama nggak ada jawaban dari Deni. tapi dia nggak off. Anak ini kemana sih? pikir Neta

“ Neta lagi ngapain lo chatting digoa lo!” Mila berteriak.
“ Gila lo! Ganggu Q aja chatting ma Deni!”
“ Yah….. dia da disini. Mau ngomong?”
“ Bercanda lo! Dia pake computer lain kok.”
“ Aduh nggak percaya banget sih? Kemari deh!”
“ Lo kan suka boongin Q”
“ Hai Neta, ni Q Deni. Ya ni Q ma Mila”
“ Bener????”
“ Bener.”
“ Hm…. G pake computer yang lain?”
“ G. komp-nya hang. Neta, Q syg u”
“ Q juga”
“ Q pengen balik kayak dulu lagi, U mau g?”
“ Mau”
“ Neta, U mau kan nerima Q apa adanya?”
“ Mau “
“ Neta, jgn mau – mau ja donk!”
“ Y gmn? Emang Q masih syg kok ma U, Den.”
“ Y udah! Q kesana sekarang, kerumah U”
“ Q tunggu.”
Dan berakhir. Semua teman – teman Neta Offline. Neta berbunga - bunga hatinya. Bisa balikan ma deni rasanya senang sekali. walaupun nanti akan dapat ledekan dari teman - teman. Neta nggak mau boongin hatinya lagi. Karena itu membuat dia bingung untuk memilih. memilih yang sebenarnya dia ingini tapi gengsi.

Neta bingung saat Niko benar – benar suka sama Neta dan akhirnya Niko sering deket sama Neta, itu membuat Deni jauh dari Neta meski selalu bersama tapi hati mereka sepertinya susah untuk didekatkan lagi.

Suara berisik dari bawah membuat Neta langsung turun ke lantai bawah, membukakan pintu untuk Deni dan yang lain.

“ Hai, Neta.” Sapa Mila. Mila melirik Deni di belakangnya. “ Den, nih Neta ayo donk katakana apa yang kamu tulis tadi.” Goda Mila. Neta sudah tidak sabar mennati kata yang akan terucap dari bibir cowok yang bernama Deni yang selalu terkatup bibirnya itu.

“ Yang mana?” Tanya Deni. Membuat Neta kaget setengah mati. Jadi siapa yang menulis kata – kata ingin balik seperti dulu di chat tadi? Neta jadi bertanya – Tanya sendiri.

“ Den?” kata Neta terkejut. “ Kamu boongin aku?” lanjutnya.
“ Eh… yang tadi? Ya, tadi emang aku. Aku emang ingin balik sama kamu, Neta. Aku sayang kamu, sayang banget.” Neta tersenyum manis. Teman – temannya bersorak meyoraki Neta dan Deni.

Sekarang kebingungan Neta berakhir jadi kisah yang membahagiakan.

“ Eh, pak Jodi kamu kemanain tuh Net?” celetuk Ravel.
“ Ke laut” jawab Neta sekenanya.
“ Niko?” Tanya Mila.
“ Ke rumah sakit jiwa, mungkin” jawab Neta, membuat mereka semua tertawa. Neta memang suka asal kalo jawab.

diambil dari kemudian.com oleh Ari_setiana

Di batik OlehAri Setiana Pada 9:54 AM  

0 komentar:

Post a Comment