Enaknya

Ku buka tas selempangku. Ada beberapa belanjaan yang harus aku keluarkan. aku baru saja belanja. seneng banget kalo pulang sekolah ke pusat kota dan membeli sesuatu seenak hati.

" Belanja apaan?" tanya kak Widi, yang keluar dari kamarnya. Dia duduk dihadapanku. KElihatannya baru mandi. Dasar kakak pemalas! Mentang - mentang hari rabu libur kuliah bangun siang gini. " Ada yang buat aku nggak Dek?" lanjutnya.


" Jangan harap ada ya kak! Sebelum kakak merestui hubunganku dengan Kak Very!" Aku membereskan belanjaanku. Dan kemudian pergi menuju kamarku. Istanaku. Nyebelin banget nggak sih kakak ku itu??? Padahal dia tau aku sangat mencintai kak Very masih aja nggak ngebolehin aku pacaran sama dia. Uh.... Apa sih maunya? Katanya demi aku! Demi aku yang bagaimana? Aku malah tersiksa rasanya. Pacaran backstreet kayak aku ini emang nggak enak banget.

Kak Very itu teman kak Widi dikampus. Aku pertama kali bertemu saat kak Widi dan teman2nya hiking sama - sama. Aku diajak sama kak Widi. Dari pada dirumah nggak punya temen, waktu itu papa sama mama aku dirumah kakek. Ya aku ikut aja! Mungkin asyik hiking sama temen - temen kakak aku. tapi ternyata, malah kenalan sama cowok keren seperti kak Very. Aku fallin in love saat pertama mengulurkan tanganku dan mengucap lirih " Dinda ".
Awalnya kak Very biasa - biasa aja sama aku. tapi lama2 dia sering ngunjungin aku dirumah , disekolahan, dimana aku bisa ketemu dengannya. Aku memang sering diajak ketemuan sama dia. Dia juga sering nelponin aku. SMSan yang mesra - mesra gitu. Dan aku seneng banget. Nggak nyangka aja bisa ngedeketin Kak Very yang menurut cerita cowok paling keren dikampus. Seminggu yang lalu, kak Very bilang sama aku " I LOVE YOU ". Dan aku juga nggak mungkin nolak itu. Aku juga sangat cinta sama dia.

Ternyata dikampus kak Very cerita sama kak Widi soal pacaran kita. Kak widi marah banget. Dia menceramahiku tanpa henti untuk menjauhi kak Very " Dia nggak cocok buat jadi pacar kamu, Dek! Dia nggak akan menganggap kamu pacarnya. Dia playboy, dan aku nggak mau dia jadi pacar kamu! Dek, aku sayang sama kamu. Makanya aku nggak mau kamu jadi pacarnya." kata kak Widi waktu memarahiku. Aku tau, kak Very itu playboy. Tapi siapa tau kak Very berubah setelah menjadi pacar ku. Aku akan membuat dia jatuh cinta sama aku hingga dia nggak mau punya pacar lagi setelah aku!

****

" Di, kenapa sih lo? Gue sayang sama adek lo!" Kata Very nggak habis pikir kalo Widi bakalan nggak mau bicara lagi sama dia.

" Heh, denger ya Ver! Gue nggak suka sama sifat lo! jangan2 lo juga akan mempermainkan adek gue!"

" Gue kan udah bilang sama lo berapa kali! Gue nggak akan mempermainkan adek lo!"

" Oh ya?? Nggak akan seperti Silvi?"

" Di, gue tau lo masih sakit hati sama gue. karena gue ngerebut cewek lo. Tapi sumpah demi apapun! Gue sayang banget sama adek lo! Kali ini percaya donk sama gue! Gue mau berubah!"

" Lo tetep aja Ver! Nggak akan berubah. Cewek masih banyak, cari aja yang lain selain adek gue. Dia masih SMA. Nggak level sama lo! Cewek kamus ini kan cantik - cantik kenapa harus adek gue. Lo bisa kan cari salah satunya yang bisa lo mainin sesuka hati lo!" Widi pun pergi meninggalkan Very yang masih bengomh dengan apa yang dikatakan Widi.

" Widi bener - bener marah sama gue! Tapi Silvi kan udah nggak ada!" gumam Very menyesal sekarang. Dia sudah merebut pacar Widi yang sangat dicintainya itu.

****

Aku mengeluh. Panas banget hari ini. Kak Widi juga belum datang. katanya mau jemput aku. Kalo tau telat gini jemputnya, mending SMS kak Very. Dia pasti mau jempu aku.

" Hai,Dinda" sapa Yudah, teman sekelasku.

" Hai."jawabku singkat. Tumben banget Yudha menyapaku dengan motor tiger merahnya. Biasanya juga cuma tersenyum. Entahlah. Anak ini sok misterius. Dikejar - kejar sama The Cheers Gank nggak mau. di kejar2 kelas 3an juga nggak mau. Sekarang nyapa aku. Setahu aku dia pendiam dan nggak pernah macem2. tapi hari beda gitu......

" Bareng yuk! Pacar kamu kayaknya mggak bakaln datang. Udah jam dua lebih nih!"

" Aku nggak dijemput sama pacarku. Tapi kakak aku."

" Oh.... Pacar kamu hari ini absen ya? Aku temenin boleh kan? cuma sampai kakak kamu datang."

Aku cuma mengangguk. Dari pada sendirian didepan gerbang ini. Yudha terus berbicara. Dan aku menjawab sekenanya. Dia tanya - tanya soal pacar aku itu. Uh... Aku nggak bisa menolak untuk menjawab tidak. Aku beber kan aja yang ada dalam hati aku.

" Mau nggak jadi pacarku? Aku sebenarnya sudah lama sayang sama kamu."

Aku kaget. Nih anak gilak bener. Udah aku bilangin kalo aku udah pacaran sama kak Very malah dia bilang gitu.

" Maksud kamu apa sih?"

" Maksud aku? Kmau mau tau? Aku cinta sama kamu dan ingin menjaikan kamu sebagai pacar aku. Cuma itu. Dan kalo kamu keberatan, itu terserah kamu, Din. Aku tau kamu sedang bingung."

Suara motor kak Widi terdengar mendekat. Aku masih nggak percaya sama Yudha. Anak ini tiba - tiba nyatain cintanya gitu.

Aku mengalihkan pandanganku pada kak.........Bukan kak Widi? tapi kak Very yang datang.

" Aku pergi dulu ya? Dah....." Yudaha pergi. Sekarang aku yang bingung dengan kedatangan kak Very.

" Dinda kenapa? kok bengong gitu. kayak nggak pernah ketemu aku aja."

" Oh... Nggak papa kok kak. Tumben jemput aku, aku kan lom SMS kakak."

" Aku udah denger dari suara hati Dinda. Yuk pulang sekarang."

" tapi kak Widi? Dia mau menjemput aku. Dia janji mau jemput."

" tar aku yang bilang sama dia."

" Kakak nggak papa sama kak Widi?"

" Tenang aja!" Motorpun melaju dengan kecepatan sedang. Aku masih heran dengan kak Very. kata2nya barusan?

****

" Aku memang nggak baik untuk kamu Dinda. Aku sadar usahaku untuk berubah dan meyakinkan kakak kamu sia - sia. Aku memang bejat. Nggak pantes buat cewek seperti kamu. yang masih lembut. Masih belum tau apa arti cinta menurut kamu. Dunia kita berbeda. makanya cara pandang kita juga berbeda tentang cinta. kamu ngerti kan maksud aku?"

Aku nggak hentinya menangis. Kak Very minta putus. Aku sedih banget. Sedih banget. Aku mohon kak jangan bilang ini, karena aku sayang sama kau.

" kamu pasti bisa mendapatkan cowok yang lebih baik dari pada aku. Kamu pasti bisa melupakan aku, Dinda. Jangan menangis, aku nggak mau memalak kamu."

" tapi kakak memalak cintaku. kak, aku sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin aku kak."

" Eh....Nggak bisa! Kakak kamu nggak ngizinin. Jangan ya sayang, aku punya permen nih buat kamu. Mau nggak?"

" Kakak?? "

" Hehehehe... Jangan menangis lagi donk sayang. Aku akan tetep sayang sama kau tapi mungkin tidak dengan nama pacar. Mungkin kakak. Seperti Widi sayang sama kamu."

" NGgak! Apa sih alasannya? Kak Widi?"

" Nggak! Setelah aku pikir2 dari pada nanti aku nggak bertahan lama sama kamu dan berubah pikiran, ya lebih baik kita putus duluan!jangan menangis lagi ya?"

Aku masih menagis. Nggak nyangka kak Very mengatakan itu. Dia benar - bener memutuskan aku.

****

" Kakak beneran?"

" Iya, aku nggak bilang apa2 sama Very. Kalo dia mutusin Adek, berarti dia sayang banget sama kamu. Nggak mau kamu terluka karena dia sendiri."

" tapi kenapa?"

" Pilih aja si Yudha. Tetangga Pak De. Dia kelihatannya suka sama kamu. Dia juga memperhatikan kamu. Dia sering kerumah. karena nggak bisa ketemu kamu waktu libur, jadinya yan ketemu aku deh!"

" Kakak jangan sembarangan deh! Ini masalah perasaan. Bukan permen yang mudah di cari di toko - toko kecil."

Aku sewot. Dan aku memutuskan untuk diam. sampai aku tenang. sampai aku bisa melupakan kak Very. Kak Very yang paling aku sayang. HPku bergetar. Ada SMS. Uh... dari kak Very.

" Dinda, udah terima sesuatu yang aku titipkan sama kakak kamu??? Di simpan ya?"

Aku nggak tau soal ini. Kak Widi nggak memberi tau aku. Aku hampir mau membuka pintu kamar, tapi urung mendengar kak Widi berteriak memberi tau " Ada titipan dari Very. Aku taruh di atas kasur adek. katanya suruh menjaga dan jangan sampai hilang."

Aku melihat kekasur. Ada box besar, lumayan besar sih.....
Aku membukanya perlahan. Aku penasaran apa isinya. Mungkin........ Aku nggak bisa mengira - ngira. aku kaget banget. Isinya permen. " PERMEN? Sebanyak ini? "
Aku kaget banget. Dan aku membaca tulisan kecil yang ada di atas tumpukan permen itu. " Dinda, kamu manis seperti permen - permen ini. Hadiah paling aneh sedunia kan? Ini emmang bukan hari permen sedunia, tapi ini hari perpisahan kita. dan dunia harus tau. Aku, yang selalu menyayangimu Very Ardea"

" Kak Very? Gilak!" dan aku membuka bungkusan kecil di bawah tumpukan permen - permen itu. Ada sebuah kotak musik yang bagus banget. dan aku akan selalu mengenangnya.

Akupun membuka salah satu bungkus permen itu. Hm........ Enaknya permen coklat ini. Bikin aku makin gendut aja. kak Very - kak very. Aku beruntung sempat memiliki kamu.
LOh? Kok jadi Yovie N the Nuno sih????? Tapi enak permennya.

Aku memilih untuk sendiri. Dan masih sendiri sampai aku bisa melupakan permen manis ini.

Di batik OlehAri Setiana Pada 10:41 AM 0 komentar  

Kenapa tanya?

Aku terdiam di sekolahan. Nggak mau beranjak kemana - mana. Males sekali hari ini. Kemana orang - orang penghuni sekolah. Nggak ada yang aku lihat dari tadi. Semua sudah pada pulang sejak Bel panjang mengaung - ngaung marah pada penghuninya. tapi mungkin tak kan marah padaku. Karena tak kudengar lagi setelah Bel panjang tadi. Menyebalkan juga suaranya yang cempreng. Tapi manfaatnya membuatku bahagia. Mungkin tidak aku saja. Teman - temanku juga pada senang kalo denger suara cempreng yang satu itu.

Ben. Dia, ya bisa dibilang sahabat sih! tapi aku mencintainya. Apa artinya kalo dia sendiri juga perhatian padaku. Dia bukan sahabat biasa bagiku. Kata temen - temen, itu TTM lo kalo Ben datang menemuiku dikelas. TTM apaan?? Dia juga nggak pernah bilang kalo dia cinta sama aku. Sampai aku sekarang sudah punya cowok. Aku rasa, pacarku sendiri juga nggak begitu perhatian padaku. Perhatian yang bagaimana? Dia sendiri nggak tau apa makanan kesukaanku. Pacar macam apa itu? Ben, dia tau segalanya. Dia tau kapan aku sedang marah. Kapan aku sedang ingin sesuatu. yaitu perhatian yang nggak aku dapat dari cowok aku sendiri. Aku bingung. bingung memikirkan apa yang ada dihatiku.

Aku mencintai Ben, tapi aku sudah punya pacar. Uh! KEnapa bisa begini? Aku juga nggak pernah mengatakan padanya. Ngomong dulu nggak enak sih! Untuk menghilangkan rasa aneh ini, aku bilang aja pada hatiku. Dia hanya seorang kakak. TITIK. Nggak ada lagi deh perasaan aneh itu. Tapi lama - lama juga aku nggak tahan. TAHAN DULU! Batinku setiap saat. Aku sering sama dia. Makanya aku nggak bisa melupakan rasa konyol ini.

" Ngalamun aja!" Aku kaget. Tepukkan keras dibelakangku menyadarkan aku ke dunia nyata.

" Kemana aja? Lama bener!" kataku rada sewot. Tapi melihat senyumnya, menjadikan aku luluh. kemudian senyumku mengembang. Entah ini apa. Aku tau aku masih mencintainya.

" Tadi cowok lo ngajak ngobrol dikit." Ngapain? batinku

" Ngobrol apa? "tanyaku. Aku jadi curiga. Jangan - jangan Radit tanya macam - macam sama Ben.

" Dia cinta banget sama lo! Asyik kan? Pacar segitu perhatiannya sama lo, seharusnya lo bersyukur, Tia." kata ben malah bikin aku berteriak yang sebenarnya. Radit itu cuma ngomong doang soal cinta - cinta sama aku. Kenyataannya apa? " Tia, sayang. Aku sibuk. Makanya kemaren lupa jemput sayang dari les jahit." kata Radit selalu. Sibuk. Apa sih kerjanya??? Ngurus Band aja sibuknya kayak Band papan atas aja.

" Bengong, lagi! Ayam tetangga pada mati tuh!"

" Trus lo ngomong apa lagi sama dia?" tanyaku selidik banget.

" Aku bilang kalo lo cinta juga sama dia. Tapi...." kata Ben menggantung.

" Tapi kayaknya lo nggak cinta sama dia. Kenapa sih lo? Dia kan sayang banget sama lo, Ti." Aku mendengus. Uh...! Dasar Ben. Masak nggak tau kalo aku emang dari dulu nggak cinta sama dia.

" Kenapa diam? Jawab dong Ti. Lo nggak berusaha menghindar dari kenyataan"

" Ben, gue nggak cinta sama dia. Apa lo nggak pernah tau gimana sikap gue sama dia. Dan bagaimana dia bersikap sama gue." kataku pelan. Aku hampir menangis. Aku nggak tau apa yang aku tangisi. KEbodohanku memilih Radit. Atau kebodohan Ben, yang nggak tau kalo aku mencintainya.

" Kenapa? Dia nggak perhatian sama lo? Setiap kali aku lihat lo sama dia, lo seperti bersikap nggak peduli apa yang dia katakan. Apa yang dia inginkan dari lo. Dan gue bingung ngejawab semua pertanyaannya tadi. hanya saja gue tau, lo....nggak peduli sama dia. Padahal yang aku lhat dia care banget sama lo!"

Ben terus aja memberiku nasihat. Aku hanya diam. Menunuduk. Dan sesekali mengusap air mataku. Aku melirik Ben. Dia juga nggak melihat wajahku. Mungkin sudah bengkak. Dia hanya memnadang lurus kedepan. Aku nggak tau apa yang dia lihat. Ku coba melihat kedepan seperti dia. Di sana ada Radit. Dia sedang bersandar disebuah pohon, entah namanya apa. Dia melipat tangannnya di depan dada. dan hanya memainkan kerikil2 kecil di bawahnya dengan kakinya.

" Tia, dia cowok yang baik untuk lo."kata Ben akhirnya. Saat beberapa menit dia terdiam.

" Ya, itu menurut lo!Bukan menurut gue. Aku kecewa sama lo, Ben!" Akupun beranjak dan pergi meningggalkan Ben sendiri duduk disitu. Biarlah. Mungkin selamanya dia nggak akan tau bagaimana hatiku sebenarnya. Betapa aku mencintainya.

****

Aku duduk lagi. Masih di depan meja belajarku. 10 missed call dan entahlah berapa banyak SMS di HP ku yang tak aku baca. Semuanya dari Radit. Malam minggu kemaren dia janji mau menjemputku malam minggu ini. Tapi aku nggak mau beranjak dari meja belajarku. Aku bilang pada pembantu rumah tanggaku, agar bilang pada Radit. Aku nggak mau diganggi. Aku sakit. Memang berbohong seperti ini sudah menjadi kebiasaanku saat aku males keluar. Aku memang males banget keluar. dari tadi siang. PEmbicaraanku sama Ben yang berujung tangis yang tak hentinya sampai sekarangpun. HP ku berdering lagi. Ada yang telfon. Nomer baru. Mungkin mama yang suka sekali ganti nomer tiap pulsa di nomernya habis dan saat beli pulsa, dia ketemu sama perdana yang menurut mama nomernya unik. mamapun akan membelinya. Aku melihat layar HPku. Nomernya emang nggak unik menurutku. Biarlah, aku angkat saja. Kalo mungkin mama, mama akan marah besar kalo telfonnya tidak diangkat.

" Hallo" sapaku. Aku masih sesak. di sisa tangisku, aku mencoba bicara biasa.

" Tia, maafin gue. Mungkin selama ini gue kurang perhatian sama lo. Kurang ada waktu buat lo.

Tapi yang pasti gue sayang banget sama lo. Sayang banget. Kenapa sih lo menghindar dari gue? Hari ini aku mau memenuhi janji gue untuk keluar sama lo. Aku nggak mau ingkar janji, apalagi janjinya sama lo." Aku membiarkan Radit bicara. Sepuasnya Dit, bicaralah.

" Tia, jawab dong? Lo masih disana kan, sayang?" kata Radit lembut. Tapi buatku membuat aku semakin perih aja.

" Aku udah menganggap lo udah memenuhi janji lo, Dit. Aku sakit. Apa lo nggak denger dari Mbok Yul?" tanyaku, menyembunyikan tangisku yang masih mengalir begitu saja. Aku nggak tau kenapa aku masih menangis dari pulang sekolah tadi.

" Ya, denger. Tapi kenapa? biasanya lo ceria. lo bahagia saat siang, sebelum pulang ketemu Ben. Kenapa? Kenapa hanya Ben yang bisa segitu berpengaruhnya sama lo?" Aku nggak mau denger. Dan KLIK. Aku mematikan telfon itu. Ternyata Radit sudah tau. Sudah tau bagaimana aku mengistimewakan Ben. Bagaimana aku lebih bahagia bersama Ben. HANYA BEN??? Aku juga nggak tau, jika suatu saat aku bisa mencintai orang lain. Bukan Radit ataupun Ben. mama dan Papa, cinta nggak ya sama aku? Mereka kok nggak mau pulang saat aku butuh sama mereka???

***

Pagi buta, Hpku itu membangunkanku. Aku kira alarm. Tapi ternyata, Ben sudah calling2. Memang biasanya begitu. Dia pasti ngajak jogging bersama, ditaman kota. Tapi apa setelah kejadian kemaren siang dia akan mengajak aku jogging lagi?? Dia sama sekali nggak SMS atau telfon tadi malem. kalo dia merasa bersalah, dia akan nggak henti2nya minta maaf seperti Radit. Tapi dia juga berbeda dengan Radit. Apa ini suatu taktik? uh... Aku nggak tau. Aku angkat aja telfonnya.

" Belom bangun, pasti!" katanya sebelum aku sempat memberikan sapaan. Dasar Ben. Yang aku cinta.

" Dari tadi!" boongku. Menutupi kebiasaan yang sebenarnya aku kalo minggu pagi. Ben selalu yang membangunkan aku. Ya, untuk jogging.

" Ayo, jogging! Males banget sih putri Tia Raditya???" goda Ben. Dia menyebut nama Radit dibelakang namaku. Seperti aku sudah jadi istrinya saja. Tapi kenapa? Apa dia melupakan kejadian kemaren? Apa dia memang pelupa untuk hal kemaren saja? Ben, katakan sesuatu!

" Aku sakit." Jawabku kesal. Aku nggak mengerti dengan cowok yang berbicara denganku ditelfon ini. Aku memang nggak mau ketemu sama siapa - siapa. Aku malu. Tapi Ben sama sekali melupakan kejadian tadi sore. Sama sekali lupakah???

" Sakit apa? Pura - pura kan? Dasar lo! Ben nggak akan kena tipu." Dia terdiam. Aku juga diam.

" Kalo lo sakit beneran, aku jogging sendiri dong? Nggak asik! Ayolah. Mungkin sakit lo itu karena lo males jogging. makanya sakit. Aku tunggu ditempat biasa. OK?!! Pokoknya gue tunggu dan lo wajib datang!" Aku mau menjawab. Aku males. Tapi dia mematikan telfonnya. Dasar Ben!!!

***

Ben segera menyruhku menyamakan lari pelan bersamanya saat aku datang. Ben hanya diam. Aku juga nggak mau bicara. Nantinya malah kesana - kesana aja. Maksudku kemasalah kemaren siang itu. Akhirnya perjalanan kita selesai di penjual bubur. Ben memesan dua mangkuk bubur untuk ku dan dia sendiri.

" Capek ya Ti?" tanyanya.

" yaiyalah! Namanya juga olahraga, walaupun cuma jogging." jawabku sekenanya.

" Tia, ada yang mau ketemu sama lo. tuh!" Ben menunjuk seorang cowok di sebuah pohon. Bersandar seperti kemaren siang. Tapi bedanya dia nggak memakai baju sekolah. Dia memakai baju biasa. Radit???

" Dia?"tanyaku.

" Iya."jawab Ben pelan. Dan hanya memandang mangkuk buburnya. Nggak sedikit memandangku. hai Ben, lihat aku! teriakku dalam hati. " hampiri dia, Tia. Kayaknya dia mau bicara penting sama lo!" lanjut Ben. Aku menurut saja. Ya, aku harus menyelesaikan masalah ini. Nggak akan ada waktu besok lagi. Sudah matang apa yang aku pikirkan tadi malam.

" Dit, ada apa? Katanya Ben, lo mau ngomong. Ngomong aja sekarang." kataku saat sudah dekat dengan Radit. Dia mengangkat muka. memandangku. Tepat dimataku. Adu...h! Apa dia akan mengatakan mataku bengkak?

" Tia, gue cinta sama lo. Ini berat bagi gue. Meninggalkan lo disini. meninggalkan lo bersama orang yang lo cintai." Radit menghela nafasnya pelan dan menghembuskannya perlahan. Aku nggak mengerti apa yang dikatakannya.

"Aku memutuskan untuk menyerahkan lo sama Ben. Mungkin itu lebih baik, bagi lo. Sering aku lihat lo lebih bahagia bersama Ben. Bercanda setiap minggu disini. Ditaman ini. Di sekolah juga. Aku melihat lo lebih bahagia mendengarkan cerita Ben dari pada mendengarkan cerita kepindahanku besok." Apa? Dia akan pindah? Radit? Jadi selama ini dia sibuk memikirkan kepindahannya. Mencarikan personil baru untuk band sekolah yang divokalinya. Dia sibuk karena..... Tapi nggak pernah aku dengar kata itu, pindah. Aku baru dengar sekarang dia akan pindah. benar2 pindah. Itu karena aku nggak peduli dengannya? Maafkan aku, Dit. Mungkin selama ini juga menyiksamu.

" Dit, maafin gue." kataku pelan.

" Sudah berlalu. Lupakan! Gue juga akan pindah, dan selamat ya Tia. Aku ikhlas lo sama Ben. Dia akan perhatian sama lo, lebih dari gue."

" Tapi Dit, Ben itu nggak cinta sama aku? Lagian lo akan pergi. Jadi nggak usah ngomongin yang sedih2 deh! Nanti lo malah lebih terluka karena gue. Sekali lagi gue minta maaf banget DIt. Nggak bisa jadi cewek yang baik buat lo!"

" Dia amat sangat mencintai lo! Percayalah! Gue pulang dulu. Sudah ditunggu sama Papa dan Mamaku. Ini, buat lo. agar lo terus inget sma gue." Radit memberikan sesuatu. dalam kotak. cukup besar. Sebesar( ternyata ) cintanya sama aku.

" Trima ya? Jangan diberikan Moly, kucing kesayanagan lo!" canda Radit. Aku tersenyum. Radit, ada - ada aja!

" Makasih ya? Semoga cewek disana lebih baik dari pada gue. Dan semoga lo dapat cewek yang lebih - lebih dari pada gue. Gue akan slalu inget sama mantan gue ini, yang slalu cinta sama gue." candaku.

" Nggak ada cewek yang lebih baik dari lo! Aku mau cari cewek yang sama kayak lo! Tomboy, kayak cowok! tapi gue amat cinta."

" Dasar! Mana ada cewek yang sama di Australi yang mirip gue??? Nggak ada Dit. Di sana cewek - ceweknya cantik - cantik."

" Lo kan cantik, bagi gue! dah ya? Slamat tinggal dan menjalani lembar baru dalam diary lo!" Radit masuk kemobil dibelakang pohon itu. Dia membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya. Untuk ku? Ya Ampun! Dia mencintai aku, begitu besarnya.

" Cowok sebaik itu lo telantarin! Jahat banget ya lo, Tia!" Ternyata Ben ada dibelakang aku. Mengagetkan aku saja.

" Menurut lo! dan sekarang menurut gue juga! Dit, maafin gue ya?"

" Ya terlambat kali, Ti. Udah jauh gitu! Kemaren2 aja nggak peduli sama dia. Eh, tadi ngomong perpisahan ya?"

" Lo udah denger kan?" godaku, kalopun denger...Gimana?

" Denger semuanya. Lucu banget ya lo! Masak perpisahan kayak gitu. Suruh cari cewek yang lebih - lebih dari pada lo! Sebelum ngomong itu. lo juga bilang. Ben nggak cinta sama gue. Emang bener?"

" Kenapa tanya??? jawab donk!" Aku tersenyum melihat ajah Ben yang aku cintai.

" ya emang cinta banget!!!"

" dasar, Ben!" Ben menarik kuncir rambutku. Aku di suruh mengejar dia. tapi bukan dia yang nyuruh tapi aku yang mau. Hehehe. Aku bahagia banget.

" Ayo kejar! Sampai rumah lo! Ntar traktir gue beli es krim. karena gue akan menang, lomba lari sam alo!"

" Nggak akan!" Aku tertawa. Ben juga. sambil berlari - larian. Tapi aku tau, aku dan dia hari ini bahagia. BANGET!!!!


Diambil dari Kemudian.com oleh Ari_Setiana :D

Di batik OlehAri Setiana Pada 10:24 AM 0 komentar  

Bingung

"Males. Bawaanya males hari ini. Aku nggak tau mau apa. Duniaku sudah bulat. emang bulat?? Tauk ah! males bahas apa - apa. Aku bosan sekolah. Inginnya tidur tapi nggak tidur, mati tapi nggak mati. Ngapain coba??? Aku juga bingung. Entah apa yang aku fikirkan sekarang. entah lah apalah begitulah. menyebalkan!!!!
Aku tau aku salah. Aku salah. Aku salah
Hingga aku mengulang kalimat " aku salah " untuk beberapa menit lagi. Kenapa harus aku sih??


Uhg!!! Ya deh mulai cerita. Aku mau tenang.... heh....heh.... Aduh aku belum bisa tenang. Aku belum bisa cerita sekarang. Hiks Hiks. Aku hampir menangis melihat kejadian itu. Memalukan. Kepalaku ingin aku tenggelamkan sedalam - dalamnya dibumi. Bumi bulat meski sebenarnya nggak bulat - bulat amat.

Begini teman, aku tadi bertemu dengan Pak Jodi. Guru Fisika. Kamu tau beliau bilang apa? Beliau bilang nilaiku jatuh. Beliau bilang itu gara - gara sering melamun sendirian saat anak - anak sudah pada pulang di lapangan basket. Eh, kamu tau? Aku dilapangan basket kan mau nonton anak - anak latihan basket, bukan melamun. Tau nggak sih kamu? aku nggak melamun.Trus beliau bilang aku paling jatuh pada ulangan kemaren itu. Hiks. Malangnya diriku. tapi kenapa harus aku? Aku bingung. Padahal setiap tugas aku kerjain dengan seksama. Aku malu banget di depan Pak Jodi.Kamu pasti bisa ngerasain gimana mukaku waktu pak Jodi bilang " Kamu anak pandai, tapi pandaimu cuma untuk mencari pacar. Bukan untuk mencari pelajaran yang sekiranys belum kamu pahami." Aku malu banget.Kamu tau?...." kata Neta, mengambil nafas. Dia cerita begitu bersemangat.

" Rumah sakit Jiwa masih buka kamar kosong untuk kamu Neta. Jadi jangan sedih, bingung, atau malu lagi. Disana nggak akan ada yang akan mengenali kamu. Percayalah sama aku." kata Mila memberi saran, mungkin pas.

" Yang gila kamu kali." bantah Neta sambil mencibir.

Genk Neta tertawa berderai - derai mendengar kelakar MIla yang seenak jidat tentang cerita Neta yang terlalu bersemangat dan lebai abis. "Dasar Neta" pikir MIla.

" Bila rasaku ini rasamu...Sanggupkah engkau...menahan sakitnya dihianati cinta yang kau tanam...." kata Ravel, mencoba menengahi, meski nggak ada yang berantem.

" Diam kamu! Suara fals aja nyanyi! Nggak pantes kamu jadi Samy" celetuk Neta masih dengan nada sinis. " Duniaku memang bulat. Uhg! Males deh cerita sama kalian." Neta beranjak kekasur. Teman - temannya masih duduk didepan TV kamar Neta dan mendengarkan lagu Kerispatih.

" Neta ngambek! Neta ngambek!" Sorak sorai dari suara teman - teman Neta memecah dinding, eh bukan memecah kebisuan Deni, Sasa, dan yang lain. Mereka ikut menyoraki Neta.

" Kalian nih ah! Ada orsng ngambek itu bukan disorakin kayak gitu. Neta aku punya permen nih! Lolypop." Semua ketawa lagi. Mila ketawa terbahak - bahak. Bisa - bisanya dia bilang seperti itu. Tapi kelihatannya nggak ngaruh sama Neta. Netapun berdiri. dan kemudian,

" Ok teman! Kalian memang sedang lapar. Yuk makan dulu, anjing - anjingku. " Neta keluar dari kamar menuju keruang makan.

***

Neta berjalan menyusuri koridor. Dia diam saja. Dia bahkan nggak mau ngikut kelakar - kelakar teman - temannya yang kemana - mana. Dia masih memikirkan kejadian kemaren. Pak Jodi berkelakar atau memang benran! " Aku jadi gila nih! Bener kata Mila. Biar dia pesenin deh kamar kosong buat aku!" gumam Neta.

" Neta, pak Jodi tuh!" tunjuk Ravel. " Cie... Cie..." celetuk teman - temannya kemaren.

Neta tergagap. " Eh, apa? rumah sakit jiwa pesen satu?"

" hahahaha....." sorak semua yang ada disekitar koridor. Neta malu banget.

Tapi yang Neta lihat adalah...... Kak Niko. Orang yang Neta kagumi, impikan banggakan etc. Tapi Neta malah menunduk. Dia tidak mau melihat sosok Niko. Sosok yang mendengarkan semua kata - kata pak Jodi kemaren. Yang membuat Neta hampir menagis gara - gara dia malu. Didepan Niko pak Jodi mengatakan seperti itu. Apa nggak bikin wajah panas???

Seseorang menghampiri rombongan anak - anak "semrawut" itu.
" Hai, Neta. Mau nggak pulang bareng? " kata seseorang yang entah siapa. Yang jelas Neta nggak mau melihatnya.Suaranyapun samar - samar dan nggak jelas karena teman - temannya yang keterlaluan bicaranya terlalu keras. "Hah???"batin Neta kaget. " Bukan suara kak Niko yah??? Payah!!! Dasar guru tampan juga menawan tapi genitnya nggak ketulungan!" batin Neta. Neta hanya menunduk saja saat tangannya diraih seseorang itu. Neta yakin itu Pak Jodi. Karena tadi Pak Jodi melihat rombongannya itu dan tersenyum. Tapi Neta melihatnya sekilas. Karena pandangannya tertahan melihat sosok Niko di gerbang sedang ngobrol sama Pak satpam.

Neta nggak dengar lagi suara teman - temannya. Mereka berhenti berkelakar sesaat setelah suara itu lenyap. Neta digandeng dengan suara itu. Neta yakin itu Pak Jodi. Tapi kenapa teman - temannya berhenti mengejeknya? Biasanya kalo ada hubungannya dengan Pak Jodi mereka semakin genjar mengejeknya. Neta malah berfikir, semoga guru ini nggak mencabulinya. HAH? Sampai kesitukah pikirannya tentang pak Jodi? Suasana hati Neta nggak karuan. Dia malu. Malu banget.

" Neta, jangan menunduk gitu donk! Lihatlah wajahku."
Neta menebak. Dan tebakkannya memang tepat. Itu suara Niko. Kenapa nggak dari tadi aja dia memandangnya. Kenapa harus berfikiran terlalu yang nggak mungkin? Tapi.... Neta malu melihat wajah Niko. Yah, masih gara - gara kemaren. Neta belum bisa melupakan kejadian kemaren.

" Kenapa sih kamu? Sakit yah? Ya udah, kita langsung pulang aja."
" Kakak ke Rumah Sakit Jiwa yuk! Aku kayaknya udah gila deh!" Tanpa sadar Neta ngelantur. Pikirannya belum stabil.

" Hah? Masih waras kok kamu."

" Nggak. Aku hampir gila."

" Maksud kamu apa sih?"

" Hehehe.... Aku juga nggak ngerti. Makan dulu yuk di cafe. Mau nggak?"

" Kamu dah nggak pa-pa?"

" Nggak."

Mila dan Sasa menghampiri Neta. " Pasti mau mengejek aku." batin Neta. " Dasar temen nggak bisa tau sikon aja." batin Neta lagi.
Sasa mengajak Niko ngobrol dan Mila....
" Tega kamu Net sama Deni." bisik Mila pada Neta, membuat Neta memandang Deni yang masih berdiri mematung dekat Reval dan yang lain dikejauhan. Neta seakan jauh dari mereka. " Maafkan aku Deni." batin Neta. kemudian Mila mengajak Sasa pergi. Neta masih sedih. Ternyata kedekatannya dengan Niko nggak direstui oleh teman - temannya. Ada suatu hal. Yaitu : Deni msih mencintai Neta. Neta dan Deni dulu pernah pacaran. Itu juga berkat teman - temannya yang jadi makjomblangnya. Dan akhirnya mereka pacaran. Tapi hanya bertahan 2 bulan karena ya Neta yang cerewet dan selalu cepat ngambek dengan Deni yang pendiem dan selalu ngalahan, bahkan Deni itu nggak suka terlalu bercakap - cakap. Dia lebih sering diam mendengarkan Neta berceloteh sampai berbusa. tapi di balik itu Deni sangat mencintai Neta. Neta yang sekarang sudah berbeda. Neta yang nggak ganjen, sekarang jadi agak ganjen. Suka menggoda Niko, kapten basket sekolah.
***
Neta sampai dirumah, tepatnya dikamarnya. Dia sangat terpojok dengan kata - kata Mila yang barusan dia ucapkan sebelum akhirnya dia naik motornya Niko. Neta sedih sebenarnya. Deni yang dilihatnya tadi seperti Deni yang nggak punya semangat hidup. "Apa sampai segitunya diriku berarti untuk Deni?" batin Neta.
Neta duduk dikasurnya, dia memandang lurus kedepan melihat deretan buku - bukunya yang tertata rapi. dan satu buku menyita pandangannya. ALbum kenangan. Netapun mengambilnya.
Neta menunduk lesu saat melihat foto - foto kenangan bersama Deni. Memang. Deni dibandingkan dengan Niko yang Kapten basket itu. Jauh sekali berbeda. Niko yang.... ah... sudahlah! keluh Neta. Kejadian satu bulan yang lalu membuatnya sedikit bahagia. Tapi sekarang malah bikin dia menderita. Deni memang selalu bersikap biasa padanya, layaknya teman seperti belum ada apa - apa diantara mereka.
Neta yang jadi nggak enak sama Deni dan teman - teman. Dia selalu berfikir, apakah salah jika dia nggak pacaran lagi sama Deni dan mencari pacar baru lagi?

Neta diam saja memperhatikan foto itu. Dia sebenarnya masih mencintai Deni. Walaupun sekarang dia sedang mengejar – ngejar Niko, tapi jauh dilubuk hatinya, Deni adalah cowok yang baik yang pernah ada didalam hidupnya. Bagi Neta, Deni adalah satu – satunya pacar yang pernah dimiliki Neta yang paling mengesankan. Deni memang sangat baik padanya. Mau mendengarkan cerita – ceritanya meski diakhir ceritanya, Deni langsung mengantuk. Dan ngajak pulang, kalo cerita di rumah salah satu temennya.

“ Den, maafkan aku.” Gumam Neta.

Neta menghampiri komputernya. Dia hidupkan computer itu. Biasanya setelah pulang sekolah, teman – temanya ngenet di Warnet depan sekolah dan pulang sampai sore setiap Rabu. Dan karena pulang bersama Niko, Neta tidak ikut dengan mereka, ngenet.

Dia pun ingin koneksi ke internet di kamarnya. Walaupun dia punya computer yang sudah konek internet, tapi dia lebih suka membayar untuk dua jam ngenet. Baginya kebersamaan dengan teman itu yang berharga, bukan uang dua jam ngenet itu yang difikirkan. Mungkin tanpa teman hidup Neta nggak ada artinya.

Neta membuka Yahoo Messenger-nya dan memasukkan IDnya. Sesaat menunggu, YM-nya sudah aktif untuk chat. Mungkin teman – temannya ada yang aktif. Neta bisa tanya – tanya dengan mereka soal pelajaran, mungkin. Tapi dia nggak mungkin bertanya pada Mila atau Sasa. Dia masih tidak enak dengan mereka berdua dengan kejadian tadi siang.

Ternyata yang Online hanya Deni, Ravel, Sandy, Mia dan satu lagi, Mila. Neta tampak berkerut – kerut keheranan saat melihat di layer YM-nya Sasa tidak Online. Ah…. Biarlah!

“ Siang menjelang sore Neta!” tulisan itu dikirim dari Ravel.
“ Siang menjelang sore juga Vel “ balas Neta.
“ Neta, Niko dah klepek – klepek yah ma u? “
“ Mungkin. Tauk ah!”
“ Lihat Deni juga yah?”
“ Maksudnya?”
“ Ya udah “
“ Woi!!!! Maksudnya pa?”
“ G` ada”
“ Yang bener donk!!!”
“ Ya, ngaku deh! Meski udah dapet Niko jgn lupa ma kita2. Terutama Q”
“ Hiyah! Belum tentu X . lom tentu dpt Niko“
“ Masak?”
“ Nasi “
“ Walah nggak nyambung cink!”
Berakhir dengan Ravel.

“ Neta, siang” tulisan dikirim dari Sandy.
“ Siang jugak!”
“ Dimana?”
“ Rumah. Kok Sasa nggak OL?”
“ Pulang tadi, biasa ma cowoknya”
“ Oh….”
Berakhir lagi.

“ Neta, siang” Deni berkata.
“ Siang juga Den. Pa kabar?”

Neta menunggu jawaban Deni. Berharap Deni ingin bercerita atau apalah...sedikit berharap Neta hatinya. Neta ingin deni emngatakan "Neta, kamu nggak usah mikirin kata - kata Mila, biarin aja! kalo kamu mau pacaran sam Niko, itu terserah kamu. Itu kan hak kamu.dan aku bahagia kalo kamu juga bahagia bersama dia." kayaknya nggak mungkin! Neta tertunduk lesu, lama nggak ada jawaban dari Deni. tapi dia nggak off. Anak ini kemana sih? pikir Neta

“ Neta lagi ngapain lo chatting digoa lo!” Mila berteriak.
“ Gila lo! Ganggu Q aja chatting ma Deni!”
“ Yah….. dia da disini. Mau ngomong?”
“ Bercanda lo! Dia pake computer lain kok.”
“ Aduh nggak percaya banget sih? Kemari deh!”
“ Lo kan suka boongin Q”
“ Hai Neta, ni Q Deni. Ya ni Q ma Mila”
“ Bener????”
“ Bener.”
“ Hm…. G pake computer yang lain?”
“ G. komp-nya hang. Neta, Q syg u”
“ Q juga”
“ Q pengen balik kayak dulu lagi, U mau g?”
“ Mau”
“ Neta, U mau kan nerima Q apa adanya?”
“ Mau “
“ Neta, jgn mau – mau ja donk!”
“ Y gmn? Emang Q masih syg kok ma U, Den.”
“ Y udah! Q kesana sekarang, kerumah U”
“ Q tunggu.”
Dan berakhir. Semua teman – teman Neta Offline. Neta berbunga - bunga hatinya. Bisa balikan ma deni rasanya senang sekali. walaupun nanti akan dapat ledekan dari teman - teman. Neta nggak mau boongin hatinya lagi. Karena itu membuat dia bingung untuk memilih. memilih yang sebenarnya dia ingini tapi gengsi.

Neta bingung saat Niko benar – benar suka sama Neta dan akhirnya Niko sering deket sama Neta, itu membuat Deni jauh dari Neta meski selalu bersama tapi hati mereka sepertinya susah untuk didekatkan lagi.

Suara berisik dari bawah membuat Neta langsung turun ke lantai bawah, membukakan pintu untuk Deni dan yang lain.

“ Hai, Neta.” Sapa Mila. Mila melirik Deni di belakangnya. “ Den, nih Neta ayo donk katakana apa yang kamu tulis tadi.” Goda Mila. Neta sudah tidak sabar mennati kata yang akan terucap dari bibir cowok yang bernama Deni yang selalu terkatup bibirnya itu.

“ Yang mana?” Tanya Deni. Membuat Neta kaget setengah mati. Jadi siapa yang menulis kata – kata ingin balik seperti dulu di chat tadi? Neta jadi bertanya – Tanya sendiri.

“ Den?” kata Neta terkejut. “ Kamu boongin aku?” lanjutnya.
“ Eh… yang tadi? Ya, tadi emang aku. Aku emang ingin balik sama kamu, Neta. Aku sayang kamu, sayang banget.” Neta tersenyum manis. Teman – temannya bersorak meyoraki Neta dan Deni.

Sekarang kebingungan Neta berakhir jadi kisah yang membahagiakan.

“ Eh, pak Jodi kamu kemanain tuh Net?” celetuk Ravel.
“ Ke laut” jawab Neta sekenanya.
“ Niko?” Tanya Mila.
“ Ke rumah sakit jiwa, mungkin” jawab Neta, membuat mereka semua tertawa. Neta memang suka asal kalo jawab.

diambil dari kemudian.com oleh Ari_setiana

Di batik OlehAri Setiana Pada 9:54 AM 0 komentar  

Kirim Pesan via Internet (gratis?)

Pengen smsan gratis via internet? "Memangnya bisa?" Ya bisa lah.... Kalo nggak percaya dicoba deh! di jamin gratis. hehehe Klik disini.



Yang nggak punya pulsa, pake cara ngirim pesan via internet ini juga bisa. Kalo smsan sama pacar jangan ah, berarti nggak modal tuh,,,,hehehe,,,, Biasanya layanan seperti ini disalah gunakan untuk mengerjai orang. Ya jangan donk! Kan kasian,,,,,hehehe

Di batik OlehAri Setiana Pada 9:42 AM 0 komentar